- Kisah Nyata
W
|
aktu itu saya pernah di
tinggal oleh ibukku pergi ke Surabaya, saya dan kakakku di tinggal di rumah
sendirian. Terpaksa saya dan kakakku harus membagi dan menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan rumah. Saya bertugas mencuci piring dan menyirami sengon
sedangkan kakakku memasak dan menyapu rumah. Sejak saat itu saya sudah terbiasa
hidup mandiri dengan kakakku. Saya bias belajar bagaimana sulitnya menjadi
seorang Ibu dan saya mendapatkan pelajaran bahwa kita harus selalu bersyukur
untuk berkah yang selalu di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
- Cerpen
SEPEDA KECILKU
Oleh : M.
Ulin Nuha (10)
Siang itu udara sangat terasa panas membakar kepala, dengan
semangat kugayuh sepeda kecilku dari sekolah sampai ke rumah, meskipun panas
dan haus melanda tetap kugayuh sepedaku melewati pinggir sungai, udaranya
sangat sejuk. Rasa panas dan haus serasa lenyap ketika melihat gemercik air
yang mengalir.
Tidak terasa sudah sampai di belakang
rumah kuangkat sepeda kecilku untuk melewati jembatan belakang rumahku.
Jembatan yang terbuat dari bambu itu sudah mulai rapuh dan tua. Dengan perlahan
kulewati jembatan tersebut, walaupun kakiku terasa gemetar. Sesampainya di
rumah saya langsung duduk di sofa.
“Kak, tumben kok sepi, ibu dan adik
dimana.” Tanyaku kepada kakakku yang baru keluar dari rumah.
“Tadi siang ibu dan adik pergi ke
Lamongan.” Ucap kakakku.
“Apa...!!! pergi ke Lamongan kok tidak
bilang-bilang, memangnya ada apa kok mendadak perginya.” Tanyaku dengan nada
terkejut.
“Tidak tahu, katanya ada urusan penting
dan mendadak di lamongan.” Jawab kakakku.
“Nanti makannya gimana.” Tanyaku dengan
wjah bingung.
“Tenang aja nanti coba masak sendiri, enak
tidak enak yang penting makan.” Jawab kakakku dengan santainya.
Saya langsung masuk ke kamar untuk ganti
baju, dan langsung menuju ke belakang rumah untuk menyirami sengon, disaat saya
menyirami sengo saya teringat tentang ibu, begitu besar perjuangan ibu. Saya
langsung semangat untuk menyirami sengon agar tidak layu terkena terik matahari.
Setelah itu saya bergegas untuk mandi.
Setelah mandi saya diajak kakakku untuk memasak makanan, kulihat diatas meja
makan hanya ada tempe yang masih mentah.
“Enaknya masak apa, adanya cuma tempe
saja.” Tanyaku.
“Bagaimana kalau masak sambal dan tempe
goreng.” Jawab kakaku.
“Ya sudah terserah, adanya cuma ini yang
penting makan.”
Saya mencuci piring sementara itu kakakku
sedang menanak nasi, setelah nasinya matang saya disuruh kakaku untuk
menggoreng tempe.
“Ini coba kamu yang menggoreng tempenya.”
Disaat saya menggoreng tempe kakakku
sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sambal dengan bahan seadanya.
“Kak sambalnya sudah jadi apa belum, ini
tempenya sudah matang.”
“Sudah, kelihatanya nikmat untuk dimakan.”
“Kalau begitu ayo kita makan
bersama-sama.”
Setelah semua makanan sudah siap
dihidangkan, saya sudah tidak sabar untuk menyantapnya. Ternyata setelah itu
ternyata adzan magrib berkumandang.
“Sholat dulu, makannya nanti setelah
sholat.” Ucap kakakku sambil menyiapkan makanan didepan televisi.
Saya mendapatkan pelajaran bahwa kita
harus lebih mengutamakan kepentingan akhirat daripada kepentingan duniawi.
Setelah sholat magrib saya dan kakakku
menuju ke depan televisi untuk menyantap hasil masakan kita berdua.
“Kelihatannya sangat menggoda untuk
disantap.” Ujar kakaku dengan wajah yang puas setelah membuat sambal seadanya.
Dengan semangat saya dan kakakku menyantap
makanan bersama-sama sambil menonton televisi. Rasanya nikmat sekali tidak
kalah dengan masakan di restoran walaupun rasanya gak karuan.
“Hmm...Nikmatnya walaupun rasanya begini.”
Ucap kakakku dengan wajah yang puas.
Setelah selesai makan kami merasa sangat
puas dan perut terasa sangat kenyang.
“Trus besok sarapannya makan apa lagi.”
Tanyaku.
“Ya...masak ini lagi, trus mau masak apa
lagi bisanya hanya buat sambal aja.” Jawab kakakku dengan santainya.
“Tapi besok saya harus berangkat pagi
untuk les pagi.” Jawabku
“Ya sudah tidak usah sarapan.” Dengan
santainya kakakku menjawab.
“Trus makannya bagaimana.”
“Besok pulang sekolah kita masak lagi.”
Setelah itu saya masuk ke kamar untuk
belajar. Ketika belajar saya teringat tentang pelajaran hidup yang kudapatkan
hari ini, kita harus selalu bersyukur untuk berkah yang selalu di berikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Setelah itu saya sholat isyak dan langung tidur agar besok
bisa bangun pagi.
Pukul 04.00 pagi saya bangun untuk
menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah itu saya marapikan buku dan
memasukkannya kedalam tas. Selanjutnya saya bergegas untuk mandi walaupun udara
sangat dingin menusuk tulang. Setelah itu saya memakai seragam sekolah seakan
saya sudah siap menimba ilmu dari guru.
Saya keluarkan sepedah kecilku. Dengan
semangat kugayuh sepedaku untuk berangkat ke sekolah. Kulihat awan masih
terlihat gelap matahari masih bersembunyi dibalik gunung-gunug yang berjajaran,
udara terasa sangat sejuk, jalanan masih sepi dengan santainya saya melewati
jalan yang sangat lengang.
Kulewati pinggir sawah yang sejuk sekali,
kugayuh sepeda dan diiringi oleh burung-burung yang berkicauan. Sesampainya di
sekolahan terlihat masih sepi, parkiran masih kosong belum ada sepeda. Setelah
sampai di kelas kulihat pintu masih terkunci, terpaksa saya harus masuk lewat
cendela agar bisa membuka pintu.
Waktu tidak terasa begitu cepat berlalu. Jam
sudah menunjukkan pukul 02.00 siang, bel sekolah sudah berbunyi bertanda sudah
waktunya pulang. Saya bergegas untuk mengambil sepeda kecilku di parkiran,
walaupun perut terasa sangat lapar dan haus.
Tidak lama saya keluar dari sekolahan
ternyata ban depan sepeda saya bocor.
“Waduh…kok bisa begini, trus gimana saya
bisa pulang.” Kataku dengan wajah panik
Tidak pikir panjang saya tetap menaiki
sepeda saya walaupun ban depannya sudah sangat kempes.
“Trus mau gimana lagi, masa saya pulang
harus jalan kaki.” Pikirku dalam hati.
Seperti biasa saya pulang lewat pinggir
kali, agar tidak ada orang yang melihat saya. udara saat itu terasa sangat
panas terik menyengat kulit.
Sesampainya di rumah saya di sambut oleh
ibukku, kebetulan baru sampai di rumah.
“Kenapa sepedanya.” Tanya ibuku.
“Tadi waktu saya pulang sekolah ternyata
ban sepeda saya bocor, terpaksa tetap saya naiki, agar saya bias pulang.”
Ucapku.
“Ya sudah nanti sepedanya dibawa ke tambal ban. Sini makan dulu pasti
lapar kan.” Jawab ibuku.
Saya langsung makan bersama dengan ibu dan
kakakku. Disaat makan saya bercerita dengan ibuku tentang pengalaman yang
kudapatkan ketika hidup mandiri dengan kakak. Saya mendapatkan pelajaran bahwa
kita harus selalu bersyukur untuk berkah yang selalu di berikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dan seorang ibu tidak akan pernah tergantikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar